Jangan Salah dalam Mendidik Generasi


Mari kita awali ulasan berikut dengan sepenggal cerita dari seorang wali murid asal Korea yang menyekolahkan anaknya di sebuah SMP di Indonesia. Saat kenaikan kelas, orangtua tersebut merasa heran mengapa ada anak yang tidak naik kelas. Padahal di negaranya Korea Selatan, semua anak yang sekolah di jenjang dasar-menengah semua naik ke jenjang berikutnya. Apa yang dikatakan oleh orangtua asal Korea Selatan tersebut sebenarnya dapat menjadikan bahan refleksi untuk pendidikan di negara ini. Kalau mau jujur dibandingkan dengan negara Korea Selatan, negara kita tergolong kalah dari segi pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Maka sebenarnya peserta didik tidak naik kelas karena soal nilai perlu dipertanyakan.
Membicarakan pendidikan memang tidak ada habisnya banyak sekali kajian dan bahasan yang telah diadakan untuk mengupas tentang pendidikan baik oleh swasta dan pemerintah. Sebagai negara berkembang kegiatan tersebut dapat membantu sistem pendidikan yang telah ada. Melalui aturan-aturan dan kebijakan yang diambil tentu semakin menguatkan arah kebijakan.
Terutama pendidikan dasar menengah, dimana di fase ini akan menentukan keberhasilan peserta didik tentu juga keberhasilan sebuah negara. Jika masa-masa perkembangan dapat diarahkan dan ditanamkan sesuatu yang baik maka di fase berikut akan menentukan tingkat keberhasilannya.
Namun sangat unik jika sebuah kebijakan yang telah diambil pemerintah berkaitan dengan pendidikan diterjemahkan lain oleh dinas terkait dan kepala sekolah. Maka pemerintah perlu melakukan filter terhadap pemilihan kepala dinas dan kepala sekolah serta melakukan sosialisasi terhadap kebijakan dan memonitoring pelaksanaan kebijakan.

Selalu Ada Kecurangan di Pendidikan

Ujian akhir sekolah baik ujian sekolah berbasis nasional dan ujian Nasional berbasis Komputer telah usai. Namun menyisakan persoalan pelik, mulai dari sulitnya soal sampai bocornya soal UNBK.
Sudah seperti tahun-tahun sebelumya kebocoran soal Ujian Sekolah dan Ujian Nasional selalu terjadi. Seperti di kota Surabaya, soal UNBK jenjang SMP disinyalir telah dibobol oleh pihak sekolah dan disebarkan melalui lembaga bimbingan belajar. Ditingkat SMA, muncul kunci jawaban USBN di media-media sosial.
Sedangkan materi soal juga mendapatkan sorotan, terlebih soal Matematika tingkat SMA yang mulai menggunakan soal level internasional meskipun kadarnya sedikit. Banyak siswa mengeluh kesulitan dalam mengerjakan soal Matematika tersebut.
Peristiwa diatas tentu sangat memprihatikan, dimana ajang test kemampuan akademis yang diselenggarakan pasti ada kecurangan. Pertanyaanya mengapa? Apakah sekolah-sekolah masih mengedepankan aspek akademis, terlebih untuk jenjang dasar menengah? Padahal pemerintah sudah meniadakan ujian nasional sd dan menjadikan ujian nasional jenjang SMP-SMA hanya untuk pemetaan. Tapi kenyataan dilapangan tingkat kepala dinas dan sekolah selalu mendewa-dewakan UNBK. Hanya karena prestise "kalau nilai siswa jelek sekolah kita juga jelek, kota kita jelek". Tentu korbanya adalah siswa dan apakah mereka yang akan melanjutkan kecurangan tersebut. Smoga tidak.