Peningkatan Mutu Sekolah Melalui IT


Beberapa hari yang lalu aku menghadiri undangan seminar Pendidikan tentang Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi. Undangan aku dapat dari Yayasan tempatku bekerja yang berada di Surabaya. Seminar yang diadakan produsen perangkat keras Dell dengan pembicara Rani S Burchmore yang merupakan Head of Education Practice Dell South Asia dan Korea dan Kresnayana Yahya pengamatan pendidikan dari ITS.

Bu Rani banyak mengulas tentang bagaimana secara teknis lembaga pendidikan menggunakan perangkat IT dalam menunjang proses belajar mengajar. Pemilihan perangkat yang tepat dan perencanaan jangkat panjang pengadaannya. Menurutnya bahwa biaya pendidikan lebih murah jika peserta didik menggunakan teknologi daripada harus membeli perangkat alat tulis. Biaya yang dikeluarkan orangtua dalam membeli buku tulis, buku paket dan alat tulis akan jauh lebih mahal jika anak menggunakan perangkat IT. Nah yang menjadi masalah adalah sumber daya manusia yang paham akan itu, bukan hanya tenaga IT tapi guru bidang studi apapun yang terampil dalam bidang IT. Hmmm kayaknya buku masih menjadi proyek yang menggiurkan di tanah air tercinta, jadi sangat sulit untuk melakukan perubahan.
Setelah Bu Rani selesai kini giliran Pak Kresnayana. Sebagai pengamat pendidikan, beliau sering menjadi pembicara, instruktur, pembina, konsultan lembaga pendidikan dan pemerintahan. Dengan umur yang sudah tua pak Kresnayana cukup kenyang pengalaman dalam dunia pendidikan dan tentunya sangat energik dalam membicarakan tentang pendidikan. Satu kata yang masih teringat di telingku, katanya "Pendidikan di Indonesia ada yang salah, ijasah tidak menggambarkan kemampuan siswa secara nyata". Anak diajarkan dalam waktu yang lama cuma gagal gara-gara 4 mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan. Sekali lagi dengan berapi-api beliu mengucap,"Opo gak gendeng iku!!" "Anak memiliki macam-macam kecerdasan kok hanya di test pakai pilihan ganda, itu proyek besar!!"
Kemudian dia bercerita, ia pernah bertemu seorang pejabat diknas kabupaten yang sharing pengalaman. Si penjabat bercerita kalau dia sebelumnya adalah kepala dinas pemakaman tapi bisa sukses menjadi kepala dinas kabupaten karena si penjabat adalah tim sukses dari sang bupati. Sekali lagi pak Kresna menyebut opo gak gendeng maneh (apa tidak gila lagi).
Maka Pak Kresnayana melalui seminarnya menegaskan perlunya perubahan pendidikan di Indonesia dengan membangun hal-hal:
  • Rasa percaya diri
  • Optimis
  • Berani terbuka dan percaya ilmu pengetahuan
  • Adanya keyakinan dalam hidup
  • Sadar kekuatan dan kemampuan
  • Kenyataan belajar dalam suatu masyarakat plural, dinamis, berubah
  • Tidak takut pada sistem
Para pendidik harus siap dengan perubahan tersebut karena saat ini kita berada pada abad 21 dengan segala macam tranformasi digital yang begitu cepat. Tantangan yang perlu dihadapi antara lain:
  • Karakter building (leadership)
  • Multikultural
  • IT dan Knowledge base
  • Peduli pada Climate Change
  • Enterprenurial Mindset (creative and perfomance base)
  • Membangun Learning Community
Tujuan Utama semua itu adalah tercipta rakyat yang sejahtera, damai dan terbangunnya relasi baik dengan Tuhan. Tentunya melalui pendidikan generasi dengan pengoptimalan kecerdasan tanpa embel-embel "proyek"

Post a Comment

Terima kasih atas komennya

Previous Post Next Post